Parasetamol dikenal sebagai obat penurun demam dan pereda nyeri seperti sakit kepala, sakit gigi, sakit waktu haid dan sakit pada otot. Tapi penggunaan parasetamol secara rutin dapat menyebabkan asma, alergi hidung dan eksim pada remaja.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada lebih dari 300 ribu partisipan remaja usia 13-14 tahun, menunjukkan bahwa partisipan yang mengonsumsi parasetamol setidaknya satu kali dalam sebulan, 2,5 kali lebih mungkin terserang asma.
Bahkan partisipan yang hanya mengonsumsi sekali dalam setahun, 30-50 persen dapat mengembangkan penyakit asma. Studi juga berkaitan dengan alergi hidung dan eksim.
Untuk eksim, orang yang mengonsumsi parasetamol sekali dalam setahun, sepertiga kali lebih mungkin memiliki kondisi kulit eksim. Dan penggunaan sekali dalam sebulan mengembangkan eksim kurang dari dua kali lipat.
Menurut tim penelitian dari Medical Research Institute, Selandia Baru, meski belum dapat menentukan apakah parasetamol jelas menyebabkan peningkatan risiko asma, ek
Peneliti berpendapat bahwa parasetamol sebagai obat penghilang rasa sakit yang bersifat antipiretik atau analgesik, dapat mengganggu sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan peradangan di saluran napas. Hasil penelitian telah dipublikasikan pada American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine.
“Ditemukan bahwa parasetamol secara luas digunakan oleh hampir setengah dari pasien yang menderita asma parah. Ini sebenarnya bisa dicegah dengan menghindari penggunaan parasetamol,” jelas Dr Richard Beasley, profesor kedokteran dan penulis utama penelitian, seperti dilansir dari Telegraph, Senin (16/8/2010).
Menurut Dr Beasley, keseluruhan dari pasien asma parah yang terkait dengan penggunaan parasetamol adalah sekitar 40 persen. Hal ini menunjukkan adanya hubungan sebab-akibat yang cukup jelas.
“Percobaan terkontrol sangat dibutuhkan untuk meneliti lebih lanjut hubungan kasus ini dan untuk membimbing penggunaan antipiretik. Tidak hanya pada anak-anak dan remaja, tetapi juga pada wanita hamil dan orang dewasa,” ungkap Dr Beasley.
Sumber: Detikhealth