Pages

Minggu, 23 Mei 2010

CERPEN : Dia Selalu Ada

Pagi hari itu, matahari tengah bersinar di ufuk timur dengan iringan burung-burung yang berterbangan liar melintasi luasnya langit biru. Mereka seolah menjadi atraksi pembuka hadirnya hari baru yang siap ditapaki dengan pasti.Oh iya, kenalkan namaku Adek. Aku sudah duduk di bangku SMP kelas IX. Aku sangat menyukai pantai, entah itu karena apa yang pasti pantai merupakan rumah kedua bagiku. Dan inilah kisahku.***
 
Hari ini adalah kali pertama aku menginjakan kakiku di kelas VIIIA, kelas yang aku peroleh setelah menempuh tes penempatan yang cukup sulit, namun aku bangga memperolehnya dengan hasilku sendiri. Awalnya aku mengira bahwa kelas itu akan menjadi neraka bagi orang baru seperti aku, namun kenyataannya berbeda setelah aku jalani.Di kelas itu aku mendapatkan teman sebangku yang sangat unik, anaknya rame plus super centil dan cerewet. Tetapi sebenarnya dia anaknya baik banget, Ayuk begitu kami sering memanggilnya.Di kelas, aku memulai pelajaran bersama semua teman-temanku yang senantiasa selalu menambah ceria hari-hariku. Seperti biasanya, Prily anak terpintar, terbaik, dan tersopan seanterio sekolahan menjawab setiap pertanyaan yang diajukan Pak Rajan yang adalah sang Master dari Matematika. Istirahat, aku menemui Ayuk di perpustakaan sedang melihat setiap halaman dari sebuah majalah.“Woi…,serius amet liat majalahnya??mang ada yang menarik banget ya?”, tanyaku sambil melihat majalah yang sedang dibaca Ayuk.“Eh..loe, ya nih Dek ada artikel menarik di majalah yang gue baca isinya tentang gimana cara naklukin orang yang kita sukain, liat deh!!!”, Ayuk menyerahkan majalah itu kepadaku.“Hah…sejak kapan loe suka artikel kayak ginian Yuk..?? Tanpa loe baca artikel kayak ginian pun loe bisa dapet cowok!”“Emang sih, tapi gue tetep ja jomlo terus. Nah loe ndri gimana?loe kan juga jomlo karang? Gak minat buat nyari gitu?”, tanyanya sambil melempar seutas senyuman.“Tu kan derita loe, so…jangan banding-bandingin ama gue dong, lox gue sih asyik-asyik ja jomlo”,. sahutku dengan tegasTanpa terasa matahari sudah mulai bertengger di atas ubun-ubun, aku pulang bersama saudara sepupuku, Novi. Setibanya di rumah tiba-tiba Hanpone ku langsung berbunyi, dari sebrang sana mulailah suara halus dan lembut memanggilku, yang tak lain adalah Virgo sahabat karibku.“Hallo….Adex????dah pulang sekolah yaw….??karang lagi ngapain tu…?”, tanyanya manis.“Eh Kak Virgo….,kok tumben sih nelpon ciang-ciang gini, Adex lgi diem ja nich…cape banget baru pulang sekolah soalnya….!”, jawabku manja.“Aduh…kacian Adiknya kakak noukz….! Dah maem bloem?”“Bloem nich…,men kakak ndiri?”“Kakak juga bloem maem, nie ru ja pulang sekolah langsung nelpon Adex…!”, jawab Virgo.“Lox gitu kakak maem nae, Adex juga mau maem…!”“Ya..Kakak karang maem, tapi tar sore jalan-jalan yuk….,lagi BT nih dirumah?”, ajaknya.“Ayuuuuuuk.....tapi jemput yaw….!Lox gtu karang Adex mau maem dulu, trus mandi baru kita jalan…key?”“ya…tha..tha…”, jawab Virgo sedari menutup telponnya. ***Virgo mengajakku ke sebuah Pantai di ujung kota, entah pantai apa itu akulupa bertanya. Kami berlari menyusuri pantai itu sambil bercanda dan tertawa bersama, sungguh hari yang begitu indah.“Kak Virgo tungguin Adex dong….Capek nich…!”,aku menghentikan langkahku diiringi oleh Virgo.“Masa gitu aja dah cape, ayo lari lagi….,”“Adex dah gak kuat nieh…gendong”, pintaku.“Yaw udah sini kakak gendong..!”, tubuh tinggi dan tegap itu dengan mudahnya dapat menggendongku, Virgo menurunkanku di sebuah bangku di pinggir pantai kemudian ia duduk disampingku sedari melempar seulas senyuman yang begitu manis hingga meluluh lantakan hatiku.Dari dulu ia tak pernah lupa bahwa aku sangat menyukai pantai, sejak dulu ia selalu meluangkan waktunya untuk mengajakku ke pantai, walaupun umur kita berbeda 3 tahun itu tak pernah menjadijarak diantara kami. Dialah orang yang membuatku menyukai pantai, tempat dimana aku bisa mencurahkan segala keluh kesahku. ***Bangku yang kami duduki terasa hangat dan nyaman diantara semilir angin pantai dan deburan ombak yang menggulung. Huft, aku kembali teringat kenangan-kenangan indah bersama Virgo, saat-saat bersama Virgo yang senantiasa membuatku selalu tersenyum. Virgo merentangkan tangannya ke pundakku, kemudian  menatap wajahku lekat-lekat, dengan lirih Virgo mulai bertanya“Dek...Em...Adek, ka..kam..kamu mau gak...”, Virgo berusaha bertanya dan mengeluarkan kata-kata dengan sempurna.“Mau apa kak? Kalo bantuin kakak, Adex mau kok!”“ituh...,bukan, bukan bantuin kakak, tapi kamu mau gak...jadi..jadi pa”, Virgo kembali tak bisa mengeluarkan kata-kata“Jadi apa?”, potongku sebelum ia sempat mengucapkan kata-kata terakhirnya. Wajah Virgo mulai memerah, lalu ia mulai melanjutkan kata-katanya.“Kamu mau gak jadi...pa.pacar aku”, Jreng...Virgo nembak gue?Gak salah? Gue pasti mimpi, tapi gue lagi gak tidur. Virgo menggenggam tanganku dan menatapku lekat-lekat, dari sorot matanya aku yakin dia serius dengan ucapannya barusan. Aku tak kuasa melihat sorot matanya yang begitu indah maka segera ku palingkan wajahku dari pandangannya.“Aku sungguh-sungguh Dex..., aku sayang ama kamu jauh sebelum kamu tau yang sebenarnya”, kata Virgo sambil memegang kedua tanganku erat-erat. Wajahku mulai memerah mendengar pernyataan Virgo yang sedemikian menyentuh hatiku.“Aku tau emang kita dah lama banget sahabatan, dan aku juga tau dengan aku jujur ama kamu berarti aku udah mendustain persahabatan kita, tapi aku gak kuat buat mendem semuanya terlalu lama, aku cuman pengen kamu sekedar tau aja, dan sekarang semuanya terserah kamu tapi, aku mohon jangan musuhin aku, aku gak bakalan sanggup hidup tanpa kamu..!”, kata Virgo pasrah.“Kak...Maafin Adex ya....soalnya Adex...”“Ya...kakak ngerti..!”, potong Virgo sebelum aku menyelesaikan ucapanku.“Dengerin dulu kak, smaafin Adex karena Adek juga sayang ama kakak!”, Virgo tersenyum, lalu memelukku erat.“Berarti kita resmi dong karang?”, tanya Virgo“Resmi apa?”, tanya ku dengan wajah memerah.“Pacaran...!”,jawabnya singkat, sambil mengelus-elus kepalaku, aku tersipu malu.Tanpa terasa matahari sudah condong ke barat, kami pun beranjak pulang. Sejak kejadian itu aku mulai sering jalan bareng ama Virgo tentunya dengan ijin mama dan papa. Kini aku tak lagi sendiri, disampingku telah ada seseorang yang sangat menyayangiku, Virgo.*** Tak terasa 3 bulan pun berlalu, hubungan yang kami bina dengan berlandaskan persahabatan itu semakin hari semakin erat terjalani, dimana Virgo disana ada aku.Sore itu, Virgo menelponku hendak mengajakku ke tempat yang paling bersejarah dalam hubungan kami yaitu pantai, lama aku menunggunya namun ia tak kunjung datang sampai hari hampir petang, Hanponenya juga tak aktif, pikiranku mulai terbang membayangkan ada sesuatu yang terjadi. Dan ternyata benar, Reyhan mengabariku bahwa Virgo mengalami kecelakaan ketika hendak kerumahku, seketika itu tubuhku langsung gemetar. Reyhan mengajakku menjenguk Virgo di rumah sakit, Virgo terbaring lemas tak sadarkan diri di tempat tidur dengan banyak luka di tubuhnya, kondisinya sangat parah, kepala bagianbelakangnya terbentur aspal. Aku tak kuasa menahan air mataku, Reyhan menenangkan aku, dan mengajakku menemui Virgo, Virgo mulai membuka matanya perlahan, ia masih sempat tersenyum melihat kehadiranku disana“Thank’s ya Rey...loe dah nganterin cewek gue kesini”, kata Virgo lirih. Reyhan hanya mengangguk.“Udah jangan nangis lagi, aku gak mau bidadariku ini kehilangan senyumnya hanya karena aku”, Virgo berusaha menghapus air mataku.Aku berusaha tersenyum untuknya walau di hatiku timbul gejolak dan kekhawatiran akan kondisinya saat itu.“Hon...kamu harus sembuh ya...biar kita bisa maen-maen ke pantai lagi, tar sapa yang bakalan gendong aku kalo kamu gak ada?”, tanyaku lirih, air mata itu kembali terjatuh bahkan lebih deras dari sebelumnya.“Hon...jangan nangis...aku udah gak kuat lagi hon...jaga dirimu baik-baik ya”, Virgo menghapus air mataku sambil tersenyum, senyuman yang sangat lirih jika dimaknai. Perlahan matanya mulai menutup, tangannya terkulai lemas di tanganku.“VIRGO.....!!!! jangan tinggalin aku”, air mataku tak bisa terbendung lagi, aku memeluk erat tubuh yang telah dingin itu. Semua perkataan Reyhan tak satupun ku dengar, yang terlintas dipikiranku hanya Virgo dan Virgo. Virgo yang telah meninggalkan aku sendiri untuk selamanya. Tetapi dia akan selalu di hati selamanya. SekianWidyastuti Paramitha

0 komentar:

Posting Komentar